Jumat, 26 Maret 2021

Kritik dan Esai 4

 Berbicara tentang manusia adalah membicarakan tentang kehidupan. Bagaimana seorang manusia menjalani kehidupannya. Peran apakah yang akan diambil. Bukan tentang baik atau tidaknya peran yang akan diambil oleh seorang manusia tersebut dalam kehidupan, tapi bagaimana ia menepatkan di posisi mana dan berdampak apa pada kehidupan yang akan dilaluinya. Begitupun dalam puisi yang akan saya uraikan di bawah ini. Puisi ini memiliki makna bagaimana hakikat dari seorang ulama. Seorang ulama yang mampu menempatkan perannya dengan tepat, tidak terjerumus atau masuk ke dalam jurang keduniawian. Seorang ulama yang berprinsip dan mampu berdiri sendiri tak terpengaruh oleh lingkungan maupun nafsunya. Padahal bisa saja ia mampu memanfaatkan gelar ulamanya untuk kepentingannya sendiri. Namun, ia tidak melakukannya karena hal tersebut dapat menodai hakikat dari gelar ulama itu sendiri dan tidak mampu membohongi hati kecilnya bahwa ulama haruslah berdiri di atas segalanya dan mampu berdaulat.


Baiklah mari kita uraikan makna tiap bait dalam puisi Ulama Abiyasa tak pernah minta Jatah karya M. Shoim Anwar. Pada bait pertama puisi tersebut menceritakan ulama bernama Abiyasa yang memiliki sifat berpegang teguh pada prinsipnya atau bisa dikatakan dengan ulama yang memiliki idealisme. Tak tergoda dengan kilaunya dunia, tak pernah merangkak-rangkak pada penguasa untuk kepentingannya. Ulama yang berpegang teguh, meskipum diancam dengan senjata, dan bertanggung jawab atas ilmu yang diperoleh. Hakikat dari seorang ulama yang benar-benar diamalkannya. Berikut ini merupakan kutipan bait pertama:


Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia


Panutan para kawula dari awal kisah


Ia adalah cagak yang tegak


Tak pernah silau oleh gebyar dunia


Tak pernah ngiler oleh umpan penguasa


Tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah


Tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak


Tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja


Pada bait kedua menceritakan bagaimana cara ulama Abiyasa bersikap dalam mengamalkan prilaku ulama. Orang bijak mengatakan “ilmu nganti laku” yang berarti seseorang atau ulama harus mengamalkan ilmu yang diperolehnya sebaik mungkin. Ulama Abiyasa bertutur kata lemah lembut, sehingga banyak orang menyukai dan mengikuti langkahnya dalam berdakwa. Ia mampu menunjukkan berdakwa tanpa kekerasan dan dakwa yang menentramkan hati. Berikut ini merupakan kutipan bait kedua:


Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah


Marwah digenggam hingga ke dada


Tuturnya indah menyampaikan aroma bunga


Senyumnya merasuk hingga sukma langkahnya menjadi panutan bijaksana


Kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata


Pada bait ketiga menceritakan tentang jalan hidup ulama Abiyasa yang lebih memilih hidup sederhana dan berpegang teguh atas itu. Dengan sikapnya yang berpegang atas prinsipnya ia ditakuti atau disegani para raja dan penguasa. Gemerlap dunia tidak membuatnya kepincut untuk mendapatkannya. Ia lebih suka memakai pakaian yang sederhana dibanding dengan pakaian yang mewah. Ayat suci dipergunakan secara maksimal. Tidak dipesan untuk kepentingannya atau kepentingan penguasa. Inilah hakikat dari ulama.


Ulama Abiyasa bertitah


Para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya


Tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa


Menjadikan sebagai pengumpul suara


Atau diduukan di kursi untuk dipajang di depan massa


Diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah


Agar tampak sebagai barisan ulama


Ulama Abiyasa tidak membutuhkan itu semua


Datanglah jika ingin menghaturkan sembah


Semua diterimah dengan senyum memesona


Jangan minta diplintirkan ayat-ayat asal kena


Sebab ia lurus apa adanya


Mintalah arah dan jalan sebagai amanah


Bukan untuk ditembangkan sebagai bunga kata-kata


Tapi dilaksanakan sepenuh langkah


Keseluruhan makna dalam puisi tersebut adalah hakikat dari seorang ulama. Ulama yang baik adalah bertanggung jawab atas ilmu dan gelar yang diperolehnya. Dalam puisi tersebut dapat kita lihat bagaimana seorang ulama Abiyasa mampu berpegang teguh pada prinsipnya, ulama yang mampu berdiri sendiri dan berdaulat atas itu.


Sedangkan apabila dihubungkan dengan kehidupan sekarang dapat kita lihat banyaknya ulama yang pro dengan penguasa. Mereka berebut untuk menjadi bagian penting dalam kekuasaan. Mengorbankan harga diri dan membohongi ilmu yang diembannya. Namun, dibalik banyaknya ulama yang mengabaikan gelarnya ada beberapa ulama yang tidak peduli dengan kehidupan dunia. Mereka mampu untuk hidup selaras dengan ilmu yang mereka dan gelar yang didapat. Contoh saja ulama tersebut adalah CN, CN mampu untuk berdakwa dengan caranya sendiri, tanpa meminta atau memohon bantuan pemerintah. Bahkan, jika ada yang ingin memanfaatkan dirinya tidak pernah digubris jika keinginan itu untuk sesuatu yang buruk. Tidak hanya CN, masih banyak juga ulama yang benar-benar ulama, yang benar-benar mengamalkan ilmunya. berdakwah dengan ramah tanpa menyakiti siapapun.

Senin, 22 Maret 2021

Mengejar cinta pertama

 RESTU


Kisah ini adalah kisah yang saya alami, kisah tentang perjalanan cinta dan kekuatan cintanya yang akhirnya menempatkan pada kebahagiaan yang selama ini diperjuangkan. Nama saya fiyah bertemu dengannya sejak masih duduk di bangku smp, meskipun kita beda tiga tahun dipisahkan oleh gedung sekolah, tetap kita bisa bertemu meskipun hanya sekadar lewat dan ketika jam pulang sekolah.  Bertemu dan mengobrol hanya lewat chat yang membuat janji untuk jalan-jalan, atau berbagi permasalahan. Namun hubungan itu tak pernah mendapatkan restu dari orang tua fiyah karena perbedaan status. Pada awalnya merak menjalin hubungan karena saling suka dan hal itu wajar usia mereka yang masih terlalu muda. 

Ketika beranjak dewasa, hubungan mereka semakin rumit karena terjadi pertengkaran karena ego masing-masing, berjalannya waktu mereka hendak mengakhiri hubungan yang sudah lama terjalin tetapi digagalkan oleh rasa sayang mereka yang begitu besar. Tidak ingin pisah dan tetap berlanjut ke tahap yang lebih serius, pria itu ingin pergi ke rumah untuk membicarakan hal yang penting dengan orang tua fiyah yaitu dengan ayahnya. Pada saat sore hari perbincangan layaknya seorang anak laki-laki dan ayahnya terus berlanjut hingga menjelang petang. Ayah fiyah pun memanggil dengan nada yang serius dan marah akibat perbincangan pacarnya dengan ayahnya tersebut. Perdebatan dengan sang ayah dimulai karena sang ayah tak merestui karena fiyah masih ingin melajutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan takut fokus sang anaknya terganggu. Dalam kisah ini mengajarkan betapa berartinya perjuangan seorang laki-laki yang memperjuangkan seorang wanita yang dicintainya. Semakin bertambah tahun dalam hubungan yang mereka jalani semakin berat dan penuh dengan lika liku pertengakaran yang dihadapinya, daam hubungan yang mereka jalani mengajarkan berapa berartinya kesetiaan dan kesabaran. Seiring berjalannya waktu hubungan mereka tanpa adanya restu orang tua tetap mereka percaya kepada sang kuasa, bahwa kalau memang jalannya berpisah kita akan dipisahkan oleh waktu, dan kalau memang jalannya memang disatukan mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang diimpikan. 

Fiyah yang masih bersifat ke kanak-kanakan dan sang pasangan yang sifatnya sudah dewasalah yang membuat mereka saling mengimbangi dalam hubungan yang mereka jalani. Kisah yang berawal dari kisah cinta di masa smp yang menjadi serius. Ketika hubungan mereka beranjak lebih dari lima tahun mereka memutuskan untuk lebih memberanikan diri ke orang tua masing-masing. Tahap demi tahap sudah mulai membaik antara mereka dan orang tua masing-masing akhirnya mereka mendapatkan kepastian dari orangtua wanita. Tinggal menghitung bulan mereka akan menjalin ikatan yang lebih serius. Mereka sama-sama bekerja keras, bersama-sama meraih apa yang mereka impikan sejak lama. Tiba di hari kebahagiaan mereka disatukan oleh cinta dan perbedaan kelas, pendidikan yang menghalangi mereka tetap mereka akan disatukan oleh tuhan dan berbahagialah mereka. Sekian..

Jumat, 19 Maret 2021

Kritik dan Esai 3

 Kritik dan Esai Puisi “Ulama Durna Ngesot ke Istana

Oleh :  M. Shoim Anwar


Lihatlah

sebuah panggung di negeri sandiwara

ketika ada Ulama Durna ngesot ke istana

menjilat pantat raja agar diberi jatah remah-remah

maka kekuasaan menjadi sangat pongah

memesan potongan-potongan ayat untuk diplintir sekenanya

agar segala tingkah polah dianggap absah

 

Lihatlah

ketika Ulama Durna ngesot ke istana

menyerahkan marwah yang dulu diembannya

Sengkuni dan para pengikutnya di luar sana

bertingkah sok gagah berlindung di ketiak penguasa

menunggang banteng bermata merah

mengacungkan arit sebagai senjata

memukulkan palu memvonis orang-orang ke penjara

 

Lihatlah

ketika Ulama Durna berdagang mantra berbusa-busa

adakah ia hendak menyulut api baratayuda

para pengikutnya mabuk ke lembah-lembah

tatanan yang dulu dicipta oleh para pemula

porak poranda dijajah tipu daya

oh tahta dunia yang fana

para begundal mengaku dewa-dewa

sambil menuding ke arah kawula

seakan isi dunia hendak diuntal mentah-mentah

 

Lihatlah

ketika Ulama Durna ngesot ke istana

pada akhir perebutan tahta di padang kurusetra

ia diumpankan raja ke medan laga

terhenyaklah saat terkabar berita

anak hasil perzinahannya dengan satwa

telah gugur mendahului di depan sana

Ulama Durna bagai kehilangan seluruh belulangnya

ia menunduk di atas tanah

riwayatnya pun berakhir sudah

kepalanya terpenggal karena terpedaya

menebus karmanya saat baratayuda

                                         Desember 2020 



Kritik dan Esai Puisi “Ulama Durna Ngesot ke Istana

Puisi diatas adalah karya sastrawan sekaligus dosen yang bernama M Shoim Anwar, Shoim Anwar telah banyak membuat karya puisi, novel, dan cerpen. salah satu puisi beliau adalah puisi Ulama Durna Ngesot ke Istana.

Durna diangkat menjadi resi ketika Bisma telah gugur. Durna digambarkan tokoh yang sombong dan hidup dalam rasa dendam. Durna sering memandang orang hanya dari jabatan, kekayaan, dan pangkat. REsi durna menyayangi arjuna yang merupakan salah satu pandawa akan tetapi durna tetap lebih cinta kepada putranya yaitu Aswatama.


Lihatlah

sebuah panggung di negeri sandiwara

ketika ada Ulama Durna ngesot ke istana

menjilat pantat raja agar diberi jatah remah-remah

maka kekuasaan menjadi sangat pongah

memesan potongan-potongan ayat untuk diplintir sekenanya

agar segala tingkah polah dianggap absah


Puisi diatas menggambarkan bahwa kedekatan yang terjalin antara murid dan gurunya , menggambarkan seorang yang dianggap mumpuni dalam hal spiritual lebih memilih menjilat seorang penguasa agar mendapatkan harta, kedudukan, dan kekayaan. penindasan dan menghukum kaum lemah merupakan jalan polah laku mereka.


Lihatlah

ketika Ulama Durna ngesot ke istana

menyerahkan marwah yang dulu diembannya

Sengkuni dan para pengikutnya di luar sana

bertingkah sok gagah berlindung di ketiak penguasa

menunggang banteng bermata merah

mengacungkan arit sebagai senjata

memukulkan palu memvonis orang-orang ke penjara


    Dalam ketakutan mereka, mereka hnay berani berlindung di atas kekuatan istana dan tidak mau mngekui kesalahan meskipun telah menindas dan berbuat jahat terhadap orang-orang yang tidak bersalah.


Lihatlah

ketika Ulama Durna berdagang mantra berbusa-busa

adakah ia hendak menyulut api baratayuda

para pengikutnya mabuk ke lembah-lembah

tatanan yang dulu dicipta oleh para pemula

porak poranda dijajah tipu daya

oh tahta dunia yang fana

para begundal mengaku dewa-dewa

sambil menuding ke arah kawula

seakan isi dunia hendak diuntal mentah-mentah


Durna dianggap tidak pantas untuk berteman dengan raja, durna hanya dimanfaatkan untuk kepentingan istana. mereka hanya ingin menang sendiri dan tidak mau mengakui kesalahan mereka. durna memiliki karakter yang arogan dan ingin menangnya sendiri. 


    Puisi diatas memiliki makna yang sangatpenting bahwa setiap manusia ketika berada dalam puncak kemarahan maka apapun yang dianggapnya salah akan ditikam atau diincar sebagai bentuk kepuasan dalam kemarahan. hal ini menjadikan manusia tidak bisa mengendalikan sifat emosi dan amarah yang ada dala dirinya. 

    Dalam kehidupan nyata ini beberapa sifat pewayangan tersbut juga dimiliki oleh manusia diantaranya sombong, congkak, keras kepala, dan rasa dendam. sebagai sebuah hikmah yang kita ambil bahwa manusia harus memiliki sifat yang baik dengan tidak melihat seseorang hanyaberdasarkan kedudukan, pangkat, jabatan, harta dan selalu mengutamakan kehidupan sosial dengan tetap rendah hati.

Jumat, 12 Maret 2021

Kritik dan Esai 2

 “DURSASANA  PELIHARAAN   ISTANA”

Karya: M. Shoim Anwar

Dursasana adalah durjana peliharaan istana

tingkahnya tak mengenal sendi-sendi susila

saat masalah menggelayuti tubuh negara   

cara terhormat untuk mengurai tak ditemukan jua

suara  para kawula melesat-lesat bak anak panah 

suasana kelam  bisa  meruntuhkan penguasa

jalan pintas pun digelindingkan roda-roda gila

dursasana  diselundupkan untuk memperkeruh suasana

kayak jaka tingkir menyulut kerbau agar menebar amarah

atau melempar sarang lebah agar penghuninya tak terima  

lalu istana punya alasan menangkapi mereka

akal-akalan purba yang telanjang menggurita

saat panji-panji negara menjadi slogan semata

para ulama  yang bersila di samping raja

menjadi penjilat pantat yang paling setia     

sambil memamerkan para pengikut yang dicocok hidungnya 


Lihatlah  dursasana

di depan raja dan pejabat istana

lagak polahnya seperti paling gagah

seakan hulubalang paling digdaya

memamerkan segala kebengalannya

mulut lebar berbusa-busa

bau busuk berlompatan ke udara

tak bisa berdiri  tenang atau bersila sahaja  

seperti ada kalajengking mengeram di pantatnya   

meracau mengumbar kata-kata

raja manggut-manggut melihat dursasana

teringat ulahnya saat menistakan wanita

pada perjudian mencurangi  tahta

sambil berpikir memberi tugas selanjutnya


Apa gunanya raja dan pejabat istana

jika menggunakan jasa dursasana untuk menghina

merendahkan martabat para anutan kawula

menista agama dan keyakinan para jamaah   

dursasana dibayar  dari  pajak kawula dan utang negara

akal sehat   tersesat di selokan belantara   

otaknya jadi sebatas di siku paha

digantikan syahwat kuasa menyala-nyala  

melupa sumpah yang pernah diujarnya  

para penjilat berpesta pora

menyesapi cucuran keringat para kawula   

 


Apa gunanya raja dan pejabat istana

jika tak mampu menjaga citra negara

menyewa dursasana untuk menenggelamkan kawula 

memotong lidah dan menyurukkan ke jeruji penjara

berlagak seperti tak tahu apa-apa

menyembunyikan tangan usai melempar bara

ketika angkara ditebar dursasana

dibiarkan jadi  gerakan bawah tanah  

tak tersentuh hukum  karna berlindung di ketiak istana


Dursasana yang jumawa

di babak  akhir baratayuda

masih juga hendak membunuh bayi tak berdosa

lalu pada wanita yang pernah dinista kehormatannya

ditelanjangi dari kain penutup tubuh terhormatnya

ingatlah, sang putra memendam luka membara

dia bersumpah akan memenggal leher dursasana hingga patah

mencucup darahnya hingga terhisap sempurna    

lalu  si ibu yang tlah dinista martabatnya 

hari itu melunasi janjinya:  keramas  dengan darah dursasana


                                                                                    Surabaya, 2021

Kritik dan Esai Puisi Dursasana Peliharaan Istana

Puisi di atas merupakan salah satu karya dari M. Shoim Anwar, seorang sastrawan sekaligus dosen. M. Shoim Anwar lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. M. Shoim Anwar telah banyak menulis cerpen, novel, esei, dan puisi di berbagai media, salah satunya adalah puisi Dursasana Peliharaan Istana.

Dursasana adalah durjana peliharaan istana

tingkahnya tak mengenal sendi-sendi susila.

Hal tersebut sesuai dengan cerita Mahabarata bahwa Dursasana adalah seseorang yang kasar, sombong, tidak memiliki tata krama, dan tidak bisa di atur. Dursasana adalah simbol dari kejahatan. Sosok Dursasana dalam cerita Mahabarata pernah melakukan penistaan terhadap wanita yaitu Drupadi. Drupadi ditarik paksa oleh Dursasana menuju tempat permainan catur kemudian melucuti pakaian Drupadi didepan banyak orang. Para Pandawa yang merupakan suami dari Drupadi memendam amarah melihat kerjadian tersebut. Karena kejadian itu juga Drupadi bersumpah tidak akan menyanggul rambutnya sampai ia keramas dengan darah Dursasana. Saat akhir perang Baratayudha, Dursasana dibunuh oleh Bima Pandawa nomor dua dengan mematahkan kedua tangan Dursasana kemudian memberikan darah Dursasana kepada Drupadi untuk melunasi sumpahnya yakni keramas dengan darah Dursasana. Cerita tersebut juga sesuai dengan bait terakhir dalam puisi di atas yang berbunyi,

Dursasana yang jumawa

di babak  akhir baratayuda

masih juga hendak membunuh bayi tak berdosa

lalu pada wanita yang pernah dinista kehormatannya

ditelanjangi dari kain penutup tubuh terhormatnya

ingatlah, sang putra memendam luka membara

dia bersumpah akan memenggal leher dursasana hingga patah

mencucup darahnya hingga terhisap sempurna    

lalu  si ibu yang tlah dinista martabatnya 

hari itu melunasi janjinya:  keramas  dengan darah dursasana

Dalam kehidupan saat ini, puisi tersebut juga memiliki makna bahwa orang-orang yang berkuasa, memanfaatkan kekuasaan mereka untuk kepentingan pribadi dan berbuat semena-mena. Disaat orang-orang yang memikirkan kepentingan pribadi melakukan sesuatu hal yang sebenarnya justru merugikan masyarakat dan menguntungkan beberapa pihak, banyak orang yang mulai berpendapat, mengungkapkan keluh kesah mereka, dan melakukan penolakan sehingga menimbulkan permasalahan. Orang-orang yang lebih memikirkan kepentingan pribadi justru menggunakan segala cara seperti memanfaatkan kekuasaan mereka atau beralasan dengan menggunakan peraturan dan norma-norma agar hal-hal yang mereka inginkan tercapai.


Setiap karya sastra memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari puisi di atas yaitu setiap larik berima a, kata yang digunakan mudah untuk dipahami. Kekurangan dari puisi di atas yaitu pada pemberian gambaran menggunakan tokoh Jaka Tingkir kurang tepat dalam larik yang berbunyi,

kayak jaka tingkir menyulut kerbau agar menebar amarah.

 Karena dalam puisi di atas, sebagian besar isinya tentang penggambaran sosok Dursasana yang merupakan simbol dari kejahatan dan seseorang yang tercela, sedangkan sosok Jaka Tingkir merupakan tokoh yang memegang teguh rasa tanggung jawab dan jiwa kstaria.


DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dursasana

Puisi dan Cerpen

 Luthfiyah Anggraini

INILAH INDONESIA


Malam kini telah berganti siang

Sinar matahari serayu menyapa manja

Jantung kami berdetak begitu kencang

Terasa senang dan gembira

Berkolaborasi menjadi satu kesatuan

Menjadi keunikan bangsa indonesia

Indonesia...

Siapakah indonesia

Dialah negara kepulauan

Dialah negara cinta damai

Biarlah berbeda-beda

Kami tetap satu kesatuan

Dengan semboyan bineka tunggal ika

Kreatifitaspun bermunculan

Menghirupkan keindahan budaya

Menjadi ciri khas indonesia

Tanah air indonesiaku

Tanah air indonesiaku

Kami berjanji

Kami akan mencintai budaya bangsa

Hingga tingkat mancanegara







Angkuh Jadi Kisah

Oleh : Luthfiyah Anggraini

Terik matahari menusuk kulit ku beranjak ke kampus tempatku mencari ilmu, aku berangkat dengan rasa gelisah yang tak mengenali satu demi satu orang yang kujumpai, rasa ini begitu malu dan aku mencoba bersikap sewajarnya. Ku duduk diatas kursi biru dipojok kiri dengan wajah kepolosanku, melihat dipojok kanan ada beribu pria yang kupandang tetapi pandangan mata ini tertuju pada pria dengan hidung yang unik dan wajahnya yang tak tampan tersebut, aku melihat dia mempunyai keunikan, mulai ujung ubun- ubun sampai kaki ia terlihat berbeda membuat hati dan mata ini ingin menatapnya, sikapnya yang terlihat angkuh, membuatku tertarik ketika hari itu, entah kenapa aku mengintainya dan mulai ingin tau tentangnya, padahal ku tak mengenalinya apa lagi tau namanya, aku pun berbincang dengan teman sebelahku, dia teman pertama yang ku kenal, Nia namanya.


Aku berkata ; Kamu lihat cowok itu ngak yang rambutnya pedek dan wajah paspasan itu?

Nia menjawab ; iya kenapa, kamu suka ( aku hanya tersenyum mendengar perkataannya )


Hatiku berbicara bahwa aku cuma mengagumi. Hari pertama perjumpaanku telah usai, sampaiku dirumah aku beraktifitas seperti biasa. Hari kedua kulewati dikampus, sampai aku dikampus rasaku masih sama ingin bertemu dengan dia meskipun dari jarak kejauhan, meskipun dia tak memandangku, aku tetap bahagia. Hari demi hari temanku makin bertambah seiring waktu begitu cepat, semenjak itu tidak sengaja aku berpapasan dengan dia di tangga ketika hendak membeli sesuatu dengan teman dekatku yang bernama Riris, berpapasan dan kulirik secara perlahan wajahnya mulai dari matanya yang berbinar, badan yang tinggi dengan sepatu boots dikakinya, rambut yang lurus ketika ia berjalan semakin bergurai, hidung yang unik mancung kedalam, hingga bibir yang tipis dengan wajah yang biasa-biasa saja. 


Riris sambari menatapku dengan wajah nyinyir dan ia berkata

( dengan nada kaget ) Kamu suka dengannya, jawabku tidak 

Kamu mengaguminnya, jawabku kenapa 


Riris pun mulai curiga kepadaku, ketika itu aku mulai berbincang dengannya tentang perasaan yang kusimpan ini. perbincangan itu aku mulai didalam kelas, aku berkata kepadannya.

Ris, kamu cowok yang tadi!

Riris menjawab; iya aku tau kamu mengaguminnya, tapi kenapa kamu harus mengagumi lelaki seperti itu? Kamu itu cantik dan dia yang paspasan, aku tidak suka dengannya, sepertinya dia bukan orang baik, lihatlah prilakunnya yang suka menggoda wanita.

( Sambari memakan bakso pinggiran dengan es jeruk begitu asam aku hanya tersenyum manja menghiaraukan perkataannya )


Hari itu semakin berlalu, setiap bertemu aku hanya bisa melihatnya, hari itu dan pada bulan terakhir pembicaraanku dimulai dari sms dan aku tak mengerti kenapa dia tiba-tiba mendekatiku begitu cepat, apa memang ini sudah takdir aku juga merasa aneh dengan diri ini. Seperti pandangan pertama kubilang, tapi aku tidak mempercayai itu semua. Akhirnya kujalani apa yang ada seiring air mengalir dan angin masih berhembus. Dia datang ketika aku dipatahkan oleh takdir, dia muncul seakan-akan penghibur sakit hati ini. Hari demi hari ia mendekati kita semakin dekat dan sepertinya dia merasa nyaman denganku, dia merasa asik denganku katanya. Temanku Ila namanya yang selalu menasehatiku, Ila berkata


" Kamu jangan mudah terlena, jangan jadikan dia pelampiasanmu, ingat kamu baru dipatahkan "

Aku pun menjawab dengan singkat

" dia baik, dia unik, dia berbeda, aku suka "


Pertemuanku pertama dia mengajakku untuk berenang, tanpa basa-basi aku mau untuk diajaknya, pendekatan itu mulai terjadi. Aku sunguh dibuat gugup olehnya ntah kenapa, tapi dalam hatiku dia hanya teman baikku saja. Percakapan satu demi satu muncul dari mulutnya yang membuatku tertarik. Pertemuan keduaku ketika seusai pulang kuliah dia datang kerumah ingin main katanya, hari itu aku tidak meyangka bahwa ia mengungkapakn segala isi hatinya kepadaku, pada sore hari matahari mulai tenggelam, angin berhembus begitu kencang, diatas karpet ungu yang kududuki bersamannya. Kusiapkan secangkir es penghilang dahaga kusugukan kepadannya. Sebelum itu aku dibuat cemburu olehnya, tiba-tiba muncul perasaan sakit hati yang dalam tapi aku ragu mengungkapkan, untuk apa juga. Aku sadar bahwa kita hanya berteman dan aku salah mempunyai perasaan itu padanya, percakapan di sms itu mengungkapkan aku sedang marah kepadannya, aku sunguh bodoh, dia langsung bertanya


" kamu kenapa "

Aku selalu menjawab kata " tidak apa-apa "

" jujur saja kepadaku, aku salah apa kepadamu, tegurlah aku jika aku salah " (jawabnya)

Mulutku kaku tak ingin mengungkapkan apa kemarahanku ketika saat itu.


Waktu dia kerumahku dengan kepangan rambut panjangnya dan berbaju rapi, dia masuk kerumah dengan wajah kepanasan karena waktu menunjukkan siang hari. Begegas masuk ke dalam rumah dan tidak sungkan untuk bemberikanku kepastian tentang kedekatkan yang kita jalin selama beberapa itu. Dia berkata ;


" Kamu mau aku beri kepastian kah, (dengan nada serius)

Dia berbisik kepadaku " kamu mau sama aku "

Keringat dingin membasahi tangan dan kaki, aku menjawab

" Jangan bercanda, kamu serius kan? ( sambil ku cubit perutnya )

Secepat itu kamu menyukaiku, aku wanita biasa, aku tidak sempurna ahhh kamu .. "


Hatiku bingung, apa dia ini sudah digariskan oleh tuhan untukku aku tidak mengerti, aku memberikan banyak pertanyaan untuknya, dan dijawab dengan kata-kata yang membuatku bimbang, rasanya baru pertama kali aku menemukan pria seunik dia, dengan wajah yang menurutku tidak pernah serius, seperti tukul arwana menurutku.


Aku pun menjawab pertanyaannya dengan nada yang keras " iya aku mau "


Jawabanku membuatnya tersenyum manja dan kujalani awal percintaan ini dengan bahagia, aku merasakan nikmatnya jatuh cinta disaat remaja.


UAS Kritik dan Esai

 KRITIK DARI CERPEN KARYA M.SHOIM ANWAR Cerpen Sorot Mata Syaila Karya M. Shoim Anwar ini mengangkat kisah kehidupan sehari-hari yang sudah ...